Keajaiban Transformasi Puskesmas Selong: Dari Isu Potongan Gaji Menjadi Lompatan Layanan Prima

Foto Kepala Puskesmas Selong, Bq. Lilik Setiawati, S.Gz saat Memberikan Klarifikasi terkait Isu Pemotongan Gaji Staff pada Kamis (15/5/2025)
Kepala Puskesmas Selong, Bq. Lilik Setiawati, S.Gz: Pembayaran Gaji Diatur oleh Sistem Mempertimbangkan Data Kehadiran & Kinerja Staff
SIGAP NEWS NTB | Lotim - Puskesmas Selong, yang dikenal dengan segudang tantangan layanan di pusat ibu kota Kabupaten Lombok Timur, kini tengah menjadi sorotan pada Kamis (15/5/2025), bukan hanya karena ramainya antrean pasien, tetapi juga kisah inspiratif di balik layar tentang bagaimana disiplin dan inovasi mampu mengubah wajah pelayanan kesehatan.
Lompatan Pelayanan: 200–250 Pasien per Hari
Sejak awal 2025, Puskesmas Selong mencatat peningkatan drastis dalam jumlah pasien harian. Rata-rata 200–250 orang datang setiap hari untuk mendapatkan layanan kesehatan dasar: mulai dari pemeriksaan umum, imunisasi balita, hingga penanganan penyakit lainnya. Jika pelayanan dimulai tepat pukul 09.00 WITA, maka backlog pasien akan membengkak, karena para pasien sudah berdatangan sejak pukul 07.00 pagi.
“Kami melayani hingga 250 pasien per hari. Kalau pelayanan molor, yang rugi masyarakat,” tutur Kepala Puskesmas Selong, Bq. Lilik Setiawati, S.Gz dalam sesi klarifikasi.
Tantangan Disiplin: Mencari Keseimbangan Antara Ketegasan dan Kemanusiaan
Untuk menjawab kebutuhan tersebut, Lilik Setiawati menerapkan sejumlah kebijakan disiplin:
- Apel Pagi & Siang
Pegawai diharuskan untuk mengikuti apel sebanyak 2 kali pada pagi dan siang hari.
- Izin Mendadak dengan Bukti
Permohonan izin harus disertai bukti pendukung (surat dokter atau undangan resmi).
Seluruh kebijakan ini bertujuan agar layanan dapat dimulai tepat waktu, meminimalkan antrean panjang, dan memaksimalkan kualitas kontak langsung tenaga medis dengan pasien.
Polemik “Potongan Gaji” yang Mengguncang
Namun, kebijakan ketat tersebut menimbulkan kegaduhan menurut pemberitan oleh salah satu media online. Sejumlah pegawai honorer mengaku bahwa honor mereka berkurang antara Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu setiap bulannya, jika tidak mengikuti apel atau izin tanpa bukti lengkap.
“Kalau gaji kita Rp 900.000, pas turun cuma Rp 700.000. Alasannya karena kita pernah izin tidak ikut apel,” ujar seorang honorer yang meminta namanya dirahasiakan.
Mereka mengaku tidak mengetahui ke mana arah uang potongan tersebut. Isu ini berhembus sejak kepemimpinan tangan Bq. Lilik Setiawati, dan membuat pegawai merasa risih sekaligus resah, hingga sempat mengadukan ke dinas terkait.
Klarifikasi Tepercaya dari Kapus Selong
Menyanggah kabar miring tersebut, pada Kamis (15/5/2025) Bq. Lilik Setiawati menerima Jurnalis Media Barsela24 News & Sigap News NTB untuk memberikan penjelasan langsung:
“Mengenai jasa pelayanan gaji, 1 rupiah pun tidak pernah Saya mengambil hak gaji staff Puseksmas Selong, seperti yang diberitakan. Tetapi diatur oleh sistem berdasarkan kinerja pegawai, berupa Jasa Pelayanan yang baru dibayarkan oleh bank setelah slip diserahkan,” tegasnya
Ia menambahkan, pemotongan otomatis dalam slip gaji muncul jika data kehadiran dan kinerja tidak lengkap, bukan keputusan manual dari atasan.
Lebih dari Sekadar Ketegasan
Di balik kebijakan ketat, tersimpan semangat besar untuk memberikan pelayanan terbaik.
“Harapan saya, rekan-rekan media tidak memberitakan sepihak tanpa klarifikasi. Dan bagi staff Puskesmas Selong, mari kita tingkatkan disiplin, agar pelayanan terhadap masyarakat makin maksimal,” ajak Bq. Lilik Setiawati.
Langkah-langkah yang ia jalankan ternyata mulai membuahkan hasil: antrean pasien cenderung tuntas sebelum siang sejak Bq. Lilik Setiawati menjabat sebagai Kapus Selong pada 2 Januari 2025. Hal ini dapat dilihat dengan waktu tunggu menurun dan angka kepuasan pasien yang naik.
Inspirasi di Ujung Lorong Antar Pasien
Kisah Puskesmas Selong mengajarkan bahwa kedisiplinan bukan semata aturan kaku, melainkan sarana untuk melayani. Dari ketegasan pelayanan yang dimulai pukul 07.00 hingga sistem slip gaji otomatis, semuanya dirangkai untuk satu tujuan: membahagiakan masyarakat yang datang dengan harapan kesehatan.
Di sebuah sudut ruang tunggu, seorang Pasien berujar,
“Dulu, betis saya sampai kram berdiri lama, sekarang bisa duduk tenang, perawatnya cepat tanggap. Terima kasih, Bu Lilik!”
Sebuah pujian sederhana, namun menegaskan: di balik angka dan prosedur, ada manusia-manusia yang merindukan sentuhan kehangatan dan kepastian pelayanan. Dan di tangan Bq. Lilik Setiawati, kisah Puskesmas Selong berubah menjadi kisah inspiratif tentang bagaimana disiplin dan kepedulian bisa berjalan beriringan, membawa manfaat besar bagi masyarakat Lombok Timur.
Editor :M Amin