Bupati Disentil Warganet, Ini Penjelasan Kadis Pariwisata & Stafsus Pariwisata Lotim

Foto Tangkapan Layar Hujatan Warganet kepada Bupati H. Haerul Warisin Terkait Kebijakan Sebelum Pendakian, Pendaki Menginap Sehari di Sembalun & Foto Suasana saat Bupati H. Haerul Warisin Melakukan FGD dengan Para Pelaku Pariwisata di Sembalun pada
Langkah SMART Bupati H. Haerul Warisin dalam Mendengarkan Aspirasi dan Penataan Wilayah Sembalun, dengan 3 Opsi Inovatif untuk Keselamatan Pendaki dan Dampak Perekonomian Daerah
SIGAP NEWS NTB | Lombok Timur – Pemerintah Kabupaten Lombok Timur (Lotim) yang dipimpin Bupati Drs. H. Haerul Warisin, M.Si, tengah menyiapkan kebijakan pariwisata inovatif untuk menyelaraskan keselamatan pendaki Gunung Rinjani dengan peningkatan ekonomi masyarakat Sembalun. Meski wacana “wajib menginap semalam di Sembalun sebelum pendakian” sempat menimbulkan pro-kontra di kalangan warganet pada Rabu (9/7/2025). Oleh sebab itu, Sigap News NTB melakukan klarifikasi dengan mewawancarai Kepala Dinas Pariwisata dan Staf Khusus Pariwisata Lotim mewakili Pemkab Lotim pada Rabu malam. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, Pemkab Lotim menegaskan bahwa berita yang tengah viral tersebut, saat ini masih dalam tahap pengumpulan dan pembahasan aspirasi, belum keputusan final.
1. Respons Media Sosial: Kritik dan Kekhawatiran
Dalam 24 jam terakhir, telah viral postingan mengenai kebijakan pengelolaan Pariwisata Sembalun dan Pendakian Gunung Rinjani oleh Bupati Lotim. Sejumlah warganet menilai Pemerintah Kabupaten Lotim tidak melakukan sosialisasi memadai dengan pelaku usaha wisata, travel agent, maupun Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI). Mereka khawatir, daripada menambah nilai ekonomi lokal, kebijakan ini justru akan memunculkan kerumitan baru: antrean panjang, potensi kemacet-an, hingga beban biaya tambahan bagi wisatawan.
“Permasalah terbesar Rinjani itu sampah, bukan aturan nginap. Ngomong-ngomong soal keamanan, coba atasi dulu sampah berserakan,” tulis seorang netizen.
“Kalau dipaksakan, saya akan boykot lewat jalur Sembalun,” komentar lainnya.
2. Klarifikasi Tahap Aspirasi: “Bukan Keputusan Final”
Menanggapi reaksi keras tersebut, Staf Khusus Pariwisata Pemkab Lotim, Ahmad Roji menegaskan:
“Semua yang beredar di media sosial saat ini baru ide awal hasil Focus Group Discussion (FGD) pada Minggu (7/7/2025). Bupati Haerul Warisin ingin mendengar langsung aspirasi tour guide, pemilik homestay, kafe, dan porter di Sembalun, bukan memaksakan regulasi sepihak.”
Dalam FGD yang berlangsung di Kantor Camat Sembalun, terungkap fakta bahwa dari 34.000 pendaki per tahun yang melewati Sembalun, hampir tidak ada dampak ekonomi langsung yang mengalir ke masyarakat setempat.
3. Data & Fakta: Peluang Ekonomi yang Terlewatkan
Volume Pendaki: Sekitar 85% dari total pendaki Rinjani (±42.000 orang/tahun) memulai perjalanan dari Pintu Pendakian di Sembalun.
Pendapatan TNGR: Rp 22 miliar per tahun masuk ke kas Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), tetapi tidak ke kas daerah.
Manfaat Ekonomi: Homestay, warung, dan jasa pemandu lokal belum merasakan arus ekonomi signifikan meski menjadi pintu gerbang utama.
“Mereka hanya diantar cepat oleh travel non-lokal, lalu langsung naik tanpa singgah,” kata Ahmad Roji dengan nada penuh kecewa.
4. Tiga Opsi Kebijakan Inovatif
Berdasarkan aspirasi pelaku wisata, Pemkab Lotim merumuskan tiga opsi utama:
4.1. Kewajiban Menginap Sehari di Sembalun
Rangkaian Kegiatan: Briefing jalur, pelatihan keselamatan, cek kesehatan oleh Puskesmas Sembalun, dan sosialisasi kondisi cuaca.
Manfaat Lokal: Pendaki menikmati kuliner khas (stoberi, kopi organik dan lain-lain), menginap di homestay warga, hingga bertransaksi di warung lokal.
Kata Kadis Pariwisata Lotim, Widayat SP.d, M.Pd:
“Dengan menginap sehari di Sembalun, pendaki tidak hanya mendapatkan pembekalan pendakian Rinjani, tetapi juga bisa menikmati suasana dan kuliner di Sembalun. Ini win–win solution bagi semua pihak,” ujar Widayat dengan senyum penuh keyakinan.
4.2. Mekanisme Drop-and-Pick Guide Lokal
Skema: Travel agent/guide non-lokal men-drop tamu di pintu masuk TNGR Sembalun kepada guide lokal, lalu menjemput kembali setelah pendakian selesai.
Keuntungan: Guide lokal mendapat porsi jasa, meminimalkan persaingan tidak sehat.
Penjelasan Stafsus Pariwisata, Ahmad Roji:
“Model ini sukses diterapkan di Gunung Bromo, menghormati kearifan lokal dan pemerataan keuntungan”, ujar Ahmad Roji dengan penuh perhatian.
4.3. Sertifikasi “7 Summit Sembalun”
Deskripsi: Pendaki harus memiliki sertifikat pendakian satu dari tujuh bukit di sekitar Sembalun (Bukit Aik Kalak, Bukit Pusuk, Polo Telu, dll.) sebelum menantang ketinggian 3.726 mdpl Gunung Rinjani.
Tujuan: Menjamin kesiapan fisik, mengurangi kecelakaan, sekaligus mengembangkan destinasi baru.
Pandangan Kadis Pariwisata:
“Ini melatih stamina dan membuka peluang wisata ‘7 Summit Sembalun’, menjadikan Sembalun destinasi mandiri, tidak hanya sekadar gerbang Rinjani,” ujar Widayat dengan sungguh-sungguh.
5. Alasan Keselamatan: Tragedi Juliana Marins
Kematian pendaki pemula asal Brasil, Juliana Marins, pada 20 Juni 2025 lalu, menjadi pengingat pahit:
Faktor Penyebab: Kurangnya persiapan fisik dan informasi medan.
Rekomendasi Ahli: Perlunya pelatihan dasar dan briefing jalur sebelum pendakian gunung kategori advance seperti Rinjani.
“Jika pelatihan dan pengecekan dilakukan, insiden serupa bisa diminimalisir,” tambah Kadis Pariwisata Lotim dengan sungguh-sungguh.
6. Langkah Koordinasi Berikutnya
Pemkab Lotim akan menggelar pertemuan lanjutan bersama:
Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR).
Asosiasi Travel & HPI.
Perwakilan Pelaku Usaha Wisata yang Terkait.
Tujuannya menyepakati rumusan regulasi akhir yang adil, inklusif, dan berkelanjutan. Kadis Pariwisata & Stafsus Pariwisata Lotim menekankan:
“Kebijakan ini akan diambil berdasarkan hasil diskusi mendalam semua pemangku kepentingan, agar aman bagi pendaki dan berdampak positif bagi warga Sembalun,” ujar keduanya menyepakati dan menutup sesi wawancara.
7. Profil Singkat Gunung Rinjani
Ketinggian: 3.726 mdpl (gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia)
Luas TNGR: 41.330 ha (diajukan perluasan ke 76.000 ha)
Fitur Utama: Kaldera seluas 3,5×4,8km, Danau Segara Anak (11km², kedalaman 230m), dan Gunung Barujari.
Rute Pendakian: Sembalun, Senaru, Aik Berik, Timbanuh (durasi rata-rata 7–10 jam).
Pengakuan UNESCO: Global Geopark sejak 2018.
8. Kesimpulan: Harmoni Keselamatan dan Pemberdayaan
Dengan ketiga opsi inovatif ini, Sembalun diharapkan menjadi:
Sentra Pembekalan Pendaki: Menjamin kesiapan fisik, mental, dan informasi.
Magnet Ekonomi Lokal: Memutar roda ekonomi homestay, kuliner, dan jasa guide.
Model Wisata Berkelanjutan: Menjaga kelestarian alam sekaligus meningkatkan kesejahteraan warga.
Apabila hal tersebut terealisasi, kebijakan Bupati H. Haerul Warisin ini tidak sekadar regulasi semata, melainkan tonggak baru dalam pengelolaan destinasi alam, yang menggabungkan keselamatan, kearifan lokal, dan inovasi yang membawa manfaat nyata bagi seluruh pemangku kepentingan.
Editor :M Amin