Hidup Bukan Tentang Siapa yang Terbaik, Tapi Siapa yang Berbuat Baik

Foto Dr. I Dewa Nyoman Agung Dharma Wijaya (Sumber: Aiptu Muhammad Hatta)
Dr. I Dewa Nyoman Agung Dharma Wijaya: "Jadilah Sinar Di Kegelapan! Meski Kecil, Ia Mampu Menuntun Banyak Jiwa Ke Arah Terang"
Lompatan dari Kompetisi Menuju Kemanusiaan
SIGAPNEWS.CO.ID | Denpasar – Di tengah derasnya arus persaingan, yang dimulai dari perlombaan nilai akademis hingga perebutan posisi puncak karier, Dr. I Dewa Nyoman Agung Dharma Wijaya mengajak masyarakat untuk melakukan “lompatan nilai”: beralih dari obsesi menjadi yang terbaik, menuju kebajikan yang tulus. Pesan ini ia sampaikan dalam sebuah opini terbaru yang menggetarkan resonansi hati banyak kalangan, baik mahasiswa, profesional, maupun pemimpin komunitas.
“Hidup bukan tentang siapa yang terbaik, tetapi siapa yang berbuat baik.
Maka teruslah menjadi orang baik. Jika beruntung, kamu akan menemukan orang baik.
Jika tidak, orang baik yang akan menemukanmu,” ungkap Dr. Dewa Wijaya.
Mengapa Kebaikan Adalah Mata Uang Sejati
Menurut Dr. Wijaya, kebaikan bukan sekadar aksi sesaat atau pencitraan. Ia menjelaskan bahwa setiap perbuatan baik ibarat menanam benih di ladang batin orang lain. Meski tak selalu terlihat tumbuh cepat, ia akan menebar akar dan membuah harapan dalam jangka panjang.
- Jejak Mendalam: Kebaikan menciptakan efek domino, satu tindakan mendorong puluhan gerakan positif berikutnya.
- Skala Perubahan: Dari senyuman kepada tetangga hingga program kemanusiaan berskala nasional, komitmen memberi memicu solidaritas dan kebersamaan.
- Ia Lebih dari Sekadar Citra: Bukan soal popularitas atau apresiasi instan, melainkan panggilan batin untuk melayani dan menolong.
- Kebaikan di Era Digital: Tantangan dan Peluang.
Di zaman media sosial, likes dan followers sering dijadikan tolok ukur keberhasilan. Dr. Wijaya menegaskan, kebaikan sejati tidak diukur dari jumlah jempol, melainkan dari niat tulus dan dampak nyata:
“Banyak yang sibuk memoles profil online-nya agar tampak sempurna. Namun yang dunia perlukan adalah kebaikan yang terlihat dalam tindakan nyata.”
Beberapa contoh inspiratif:
Program ‘Senyum untuk Lansia’ di Bali yang digagas oleh relawan muda, memberikan kunjungan rutin ke panti jompo.
Kampanye Zero Waste di Yogyakarta, memanfaatkan sampah plastik menjadi bahan kerajinan tangan bagi dhuafa.
Gerakan ‘Buku untuk Desa’ di Nusa Tenggara Timur, menyalurkan ribuan buku bekas layak baca ke sekolah terpencil.
Memperkuat Kohesi Sosial dan Harapan Baru
Dr. Wijaya meyakini bahwa ketika kebaikan menjadi “gaya hidup” kolektif, jalinan sosial semakin kuat. Sehingga, hubungan antarmanusia terjalin atas dasar empati, saling percaya, dan kepedulian bersama. Ia menekankan:
Generasi Muda: Memegang kunci masa depan, diimbau menjadikan kebaikan sebagai prinsip dasar, bukan sekadar slogan di kaos.
Komunitas Lokal: Didorong mengadakan program mutual aid, di mana anggota saling bahu-membahu menghadapi tantangan ekonomi maupun bencana alam.
Institusi Pemerintahan & Swasta: Diharapkan menanamkan nilai corporate social responsibility (CSR) yang lebih berorientasi pada dampak jangka panjang, bukan sekadar pemenuhan target administratif.
Pesan Penutup: Pangkal Perubahan Dimulai dari Diri
Dengan renungan yang ringan namun penuh makna, Dr. Dewa Wijaya menutup opininya dengan seruan yang menggelora:
“Jadilah sinar di kegelapan! Meski kecil, ia mampu menuntun banyak jiwa ke arah terang.
Karena pada akhirnya, dunia ini tidak butuh kesempurnaan, tetapi kebaikan yang tulus.”
Mari resapi pesan ini dan biarkan setiap langkah kita dipandu oleh niat baik. Sebab dalam kebaikan, bukan saja kita menemukan makna hidup, tetapi juga mentransformasikan dunia menjadi tempat yang lebih manusiawi.
Data Lengkap Penulis
Nama: Dr. I Dewa Nyoman Agung Dharma Wijaya
Gelar: Doktor di Universitas Mataram
Tanggal Terbit: 22 Mei 2025
Lokasi Penulisan: Denpasar, Bali
Editor :M Amin
Source : Aiptu Muhammad Hatta