Di Balik Seragam, Kisah Bripka Dahlan dan Lompatan Penyelamatan Korban Tenggelam Sungai Cipayung

Foto Momen Heroik Bripka Dahlan Syamsudin dalam Menyelamatkan Bocah 12 Tahun yang Tenggelam di Sungai Cipayung pada Jumat sore di Sekitar Sungai Cipayung (21/2/2025) (Sumber: Aiptu Muhammad Hatta)
Tak Hanya Penegak Hukum, Bripka Dahlan Syamsudin Buktikan Polisi Juga Pelindung Nyawa!
SIGAPNEWS.CO.ID | TANGERANG – Suara teriakan panik memecah kesunyian Jumat sore di sekitar Sungai Cipayung (21/2/2025). Di tengah deburan air yang keruh, seorang anak perempuan berjuang melawan maut, tubuhnya terseret arus sementara tangannya yang kecil hanya sesekali muncul ke permukaan. Namun, dalam detik-detik kritis itu, sosok berseragam biru tua Bripka Dahlan Syamsudin telah melesat seperti kilat, mengubah narasi tragedi menjadi kisah kepahlawanan yang takkan terlupakan.
Lompatan yang Mengubah Takdir
Pukul 16.25 WIB, usai patroli rutin di Asrama Polisi Udara, Bripka Dahlan dan rekan-rekannya tiba di Pos 3. Tiba-tiba, teriakan pilu dari arah jembatan menggema: "Tolong! Temanku hanyut!" Tanpa ragu, Dahlan melepas sepatu dan seragam dinasnya, lalu berlari ke tepi jembatan. Di bawahnya, air sungai yang kecoklatan dan deras hanya menyisakan bayangan tangan kecil yang nyaris tak terlihat.
"Saya tak sempat berpikir. Jika saya terlambat 10 detik, mungkin dia sudah hilang," ujar Dahlan, suaranya bergetar mengenang momen itu. Dengan keberanian yang mengalahkan naluri, ia melompat dari ketinggian 4 meter. Tubuhnya menghantam batu kali yang tajam, membuat bahu kanannya nyaris terkilir. Namun, rasa sakit itu tenggelam oleh tekadnya: "Harus menyelam, harus menemukannya!"
Pertaruhan Nyawa di Kedalaman 3 Meter
Dalam kondisi air keruh dan sampah yang mengapung, Dahlan menyelam berulang kali dengan tangannya meraba gelap dasar sungai. "Saya rasakan ada kain, lalu saya tarik yang ternyata itu baju korban," katanya. Dengan lengan yang mulai lemas, ia menggendong anak berusia 12 tahun itu ke permukaan. Di tepi sungai, dengan teknik pertolongan pertama yang ia kuasai, Dahlan memastikan air yang terminum keluar dari paru-paru korban. Detak jantung gadis kecil itu kembali berdetak, disambut tangis haru warga yang berkerumun.
Pahlawan Tanpa Jubah yang Menyala dalam Gelap
Aksi heroik ini bukan sekadar tugas, tapi panggilan hati. "Saya ingat sumpah Bhayangkara: 'melindungi segenap bangsa'. Itu termasuk nyawa seorang anak yang tak dikenal," ucap ayah dua anak ini. Bahu kanannya yang lebam dan seragam yang masih basah menjadi saksi bisu pengorbanannya.
Warga yang menyaksikan berdecak kagum. "Dia seperti bidadari bersayap yang turun dari langit. Padahal air sungai saat itu deras sekali," tutur Rina, salah seorang saksi mata. Kapolres setempat pun menyematkan penghargaan, menyebut Dahlan sebagai "contoh nyata integritas dan keberanian tanpa batas."
Lebih Dari Sekadar Seragam: Refleksi Abadi tentang Makna Pelayanan
Kisah Bripka Dahlan mengingatkan kita bahwa pahlawan sesungguhnya tak selalu memakai jubah. Kadang, mereka berbaju dinas lusuh, dengan hati yang lebih besar dari badai. Di tengah sorotan negatif yang kerap menerpa institusi kepolisian, aksi Dahlan adalah mercusuar harapan dan bukti, bahwa jiwa-jiwa penuh dedikasi masih ada di instansi Kepolisian Indonesia.
"Saya hanya melakukan tindakan manusiawi berdasarkan hati nurani. Siapa pun akan melakukan hal sama," Dahlan menyatakannya dengan rendah hati. Namun, bagi sang anak dan keluarganya, ia lebih dari sekadar manusia biasa: dialah malaikat yang mengubah hari kelam menjadi cerita tentang keberanian, kasih sayang, dan keajaiban yang lahir dari ketulusan. Salut untuk Bripka Dahlan, sang penjaga nyawa yang membuktikan bahwa pahlawan sejati tak pernah berhenti beraksi, bahkan ketika risiko mengintai di setiap detik. ????
Editor :M Amin