Sebelum Makin Jauh Tersesat, Ada Baiknya Putar Balik ke Awal”: Seruan Magis Dr. I Dewa Wijaya

Foto Dr. I Dewa Nyoman Agung Dharma Wijaya (Dok. Pribadi)
Webinar Bertajuk “Kompas Jiwa di Era Digital” oleh Dr. I Dewa Nyoman Agung Dharma Wijaya
SIGAPNEWS.CO.ID | Indonesia – Seolah membentang tirai keheningan di atas pusaran arus zaman, Dr. I Dewa Nyoman Agung Dharma Wijaya meneguhkan satu pesan reflektif yang laksana cahaya suluh:
“Sebelum makin jauh tersesat, ada baiknya putar balik ke awal.”
Pernyataan sederhana, namun memancarkan kekuatan menakjubkan dalam kegelisahan moral, sosial, dan spiritual yang tengah menggulung banyak insan, baik individu maupun institusi. Di tengah deras arus media sosial, seruan Dr. Dewa Wijaya bagai mantra yang mengajak kita menelisik kembali jejak langkah, menyoal arah kompas hati, dan bersedia berbalik arah ketika jalur telah menyimpang.
Kilas Balik Sosok Sang Penyuluh
Dr. Dewa Wijaya adalah tokoh spiritual yang meretas batas tradisi dan kontemporer. Berbekal gelar akademik dan pengalaman membimbing retret-retret batin di berbagai pelosok Nusantara, ia dikenal piawai meramu kata-kata sederhana menjadi resonansi jiwa. Selama dekade terakhir, ceramahnya kerap diunggah ulang puluhan ribu kali di platform digital, menembus batas usia dan latar belakang.
Mengapa “Putar Balik” Begitu Krusial?
Jebakan Kesombongan
Ketika langkah terlalu egois, kita mudah tenggelam dalam “labirin cermin” yang memantulkan citra sempurna, padahal realitasnya simpang siur. Dr. Dewa Wijaya menekankan:
“Bukan aib untuk mengakui kesalahan, justru itulah bentuk kedewasaan dan tanggung jawab yang sesungguhnya.”
Dilema Institusi
Tak hanya individu, lembaga publik pun sering terjebak janji swafoto kemajuan tanpa peta nilai. Pesan ini pun menggema di kalangan pembuat kebijakan, memicu diskusi segar soal audit moral, transparansi, dan keberpihakan.
Generasi Muda & Praktisi Pendidikan
Kelompok intelektual muda dan pendidik menilai pesannya relevan untuk membentuk karakter yang bukan hanya kecerdasan kognitif. “Refleksi dan keberanian mengakui salah” menjadi modul wajib dalam kurikulum kehidupan.
Menyulam Fantasi dalam Realitas
Dalam orasi yang disampaikan di sebuah webinar bertajuk “Kompas Jiwa di Era Digital”, Dr. Dewa Wijaya menarasikan metafora burung phoenix:
“Layaknya phoenix yang bangkit dari abu, jiwa kita bisa terlahir kembali saat kita berani meletakkan ego dan melihat prahara sebagai pijakan menuju cahaya.”
Metafora itulah yang kemudian melahirkan gelombang inspirasi di kalangan peserta: mereka mulai menggambar ulang “peta hidup” masing-masing, menandai kembali titik nol, dan menetapkan visi misi baru yang sejalan dengan kebaikan bersama.
Pesan Untuk Kita Semua
Dengan gaya bahasa yang sederhana, penuh kedamaian, dan sesekali bumbu humor ringan, Dr. Dewa Wijaya menutup pesannya:
“Biarkan langkah kita berirama dengan nurani. Bila tersasar, tak usah malu untuk menempuh jalur pulang.”
Kata-kata tersebut meneguhkan satu hikmah abadi: perjalanan teragung sering dimulai dari kerelaan mengulang langkah dan meluruskan niat. Di dunia yang bergerak serba cepat ini, jangan sampai kita kehilangan arah hanya karena takut diolok ombak kegagalan. Setiap putaran balik adalah gerbang menuju kebijaksanaan sejati.
Editor :M Amin