Geger! Guru di Masbagik Utara Ditemukan Gantung Diri Di Atas Plafon Rumahnya

Foto Korban Gantung Diri di Benyer Dusun Paok Kambut, Desa Masbagik Utara Baru, Kecamatan Masbagik pada Minggu malam (1/6/2025) (Sumber Gambar: Humas Polres Lotim)
AKP Nicolas Oesman: “Segera Antar Kerabat Rentan ke Fasilitas Kesehatan, Demi Cegah Pikiran Bunuh Diri!”
SIGAP NEWS NTB | Lombok Timur – Minggu malam (1/6/2025) berubah menjadi momen yang menyayat hati di Benyer Dusun Paok Kambut, Desa Masbagik Utara Baru, Kecamatan Masbagik. Sekitar pukul 19.30 Wita, warga digegerkan oleh penemuan jenazah seorang guru, tergantung di atas plafon rumahnya. Peristiwa tragis ini tidak hanya menimbulkan duka mendalam bagi keluarga, tetapi juga meninggalkan pesan penting tentang kepedulian lingkungan.
Awan Kelam di Balik Sosok Guru yang Ramah
Korban, Muhammad Ridwan alias Ridwan (54), dikenal sebagai guru yang hangat dan bijaksana di lingkungan Dusun Paok Kambut. Selama lebih dari satu dekade, ia mengabdikan diri mengajar anak-anak desa, menanamkan semangat belajar dengan ketekunan dan kelembutan. Namun, di balik tutur kata lembutnya, Ridwan menyimpan beban yang tak kasat mata: penyakit diabetes dan kecemasan yang menimpanya sejak 1 tahun terakhir.
Kepala dusun dan tetangga sering melihat Ridwan terlihat murung belakangan ini, tetapi tak ada yang menyangka beban itu akan menjerumuskannya pada langkah akhir. Pada Minggu pagi, Ridwan meninggalkan rumah tanpa sepatah kata, dan barulah sore harinya, anaknya menyadari ayahnya tidak pulang.
Detik-detik Penemuan: Kekhawatiran Berujung Tragedi
Kekhawatiran muncul ketika Ribby Abdau (23), anak korban, mencari ayahnya ke rumah paman mereka, Abdurrahman (65), di Kampung Baru, Desa Masbagik Selatan, sekitar pukul 18.59 Wita. Saat diberi tahu Ridwan tidak berada di sana, Abdurrahman segera bergegas ke kediaman adiknya di Dusun Paok Kambut, ditemani Ribby dan keluarga lain.
Sesampainya di rumah, pencarian dimulai. Keluarga memeriksa halaman depan, ruang tamu, hingga kamar tidur, namun Ridwan tak juga ditemukan. Keheningan yang memekakkan telinga justru memunculkan rasa cemas. Ketika mata mereka menangkap keberadaan sebuah tangga yang terpasang di dinding menuju plafon ruang tamu, Abdurrahman naik untuk memeriksa. Di sanalah, ia menyaksikan pemandangan mengerikan: tubuh Ridwan telah tergantung dengan tali tambang hijau, diikat pada kayu atap plafon setinggi kurang lebih 6 meter dari lantai.
Abdurrahman segera turun dan memberitahukan keluarga, yang langsung tertimpa kepanikan dan isak tangis. Tim Identifikasi Polres Lombok Timur bersama anggota Polsek Masbagik serta tim medis Puskesmas Masbagik Baru, tiba tak lama setelah itu. PLN pun diminta mematikan aliran listrik, agar proses evakuasi lebih aman. Korban kemudian diturunkan dan dibawa ke rumah duka, di mana jenazah disemayamkan sebelum dimakamkan keesokan harinya.
Proses Identifikasi dan Tindakan Kepolisian
Kapolsek Masbagik bersama anggota Polsek Masbagik langsung menindaklanjuti laporan. Tim Inafis Polres Lotim memeriksa jenazah Ridwan secara visual. Bekas jeratan di leher dan seuntai batu terbungkus kain diikatkan pada lehernya menjadi indikasi kuat bahwa Ridwan meninggal akibat gantung diri.
Berdasarkan perkiraan tim Inafis, Ridwan sudah meninggal sekitar 12 jam sebelum ditemukan, artinya ia mengakhiri hidupnya pada Minggu pagi. Meski begitu, keluarga korban menolak pemeriksaan medis atau otopsi. Mereka menganggap ini musibah yang harus diterima. Melalui surat pernyataan, keluarga meminta jenazah langsung dimakamkan pada Senin (2/6/2025) pukul 13.00 Wita, di Pemakaman Umum Benyer Desa Masbagik Utara Baru.
Pasca-kejadian, situasi di Benyer Dusun Paok Kambut relatif kondusif. Warga saling membantu keluarga korban, menjaga keamanan, dan menenangkan suasana di malam yang penuh duka itu.
Menggugah Kepedulian: Seruan dari AKP Nicolas Oesman
Tragedi ini menjadi pengingat bahwa di balik kesan kuat seseorang guru, bisa saja tersembunyi luka batin yang tak terlihat. Untuk itu, Kasi Humas Polres Lombok Timur, AKP Nicolas Oesman menghimbau masyarakat dan keluarga, agar selalu peka terhadap keadaan mereka yang hidup sebatang kara atau menderita penyakit menahun.
“Jika ada saudara atau tetangga yang tinggal sendirian atau sedang berjuang melawan penyakit fisik maupun gangguan jiwa, segera bawa mereka ke fasilitas kesehatan. Setidaknya, keluarga harus terus memantau dan menemani, agar tidak muncul pikiran putus asa seperti bunuh diri,” tegas AKP Nicolas.
Menurutnya, peran aktif warga sangat penting. Tanda-tanda seperti penarikan diri dari keramaian, sering murung tanpa alasan jelas, atau keluhan nyeri fisik yang berkepanjangan, harus segera direspons. Dukungan sederhana seperti menanyakan kabar, menemani berobat, atau sekadar hadir di samping mereka, bisa menyelamatkan nyawa.
Lilin Harapan di Balik Duka
Peristiwa yang menimpa Ridwan mengingatkan kita bahwa empati dapat menjadi pelita saat seseorang terbelenggu kesedihan. Setelah pemakaman dan doa bersama, warga Benyer Dusun Paok Kambut berikrar untuk saling menjaga dan menguatkan. Jika selama ini kita terkadang abai dengan kesendirian di sekitar, kini saatnya membuka mata dan hati.
Dengan menyalakan lilin kecil harapan, semoga kejadian tragis di masa mendatang dapat diminimalkan. Mari kita hadir bagi mereka yang terpuruk, menyapa dengan senyum dan perhatian, hingga tak ada lagi jiwa yang merasa sendirian dalam gelap.
Akhir Kata
Dari keheningan Benyer yang tiba-tiba mencekam, muncul tekad untuk lebih peduli. Semoga kita semua tergerak untuk terus berbagi, mengulurkan tangan, dan menebar kebaikan di setiap sudut desa. Karena terkadang, kepedulian kecil mampu mengubah nasib dengan menyelamatkan 1 nyawa yang tengah terjatuh dalam kesepian.
Editor :M Amin