NGERI! Perang Thailand vs Kamboja Memanas di “Segitiga Zamrud”

Foto Ilustrasi Perang Antara Thailand dengan Kamboja (Dok. Pribadi)
Thailand Gunakan Pesawat Tempur F16 Melawan Kamboja yang Menggunakan Sistem Peluncur Ganda (MLRS) RM-70GRAD/BM-2-1-1 (9K51) 122 MM
SIGAP NEWS NTB | Lombok Timur – Suasana mencekam terhampar di sepanjang perbatasan Thailand–Kamboja-Laos, tepatnya di kawasan Segitiga Zamrud, saat serangkaian bentrokan dahsyat melumat sekeping kedamaian yang telah bertahan puluhan tahun. Ledakan ranjau darat mengguncang pagi Rabu (16/7/2025) lalu, merenggut kaki seorang prajurit Thailand, lalu diikuti ledakan kedua yang lebih mematikan, 5 prajurit terluka, 2 di antaranya kehilangan kaki. Dalam hitungan hari, perang kecil nan brutal ini beralih ke langit saat enam jet tempur F 16 Thailand melancarkan bom udara pada Kamis (24/7), memicu balasan keras dengan artileri dan roket dari barisan Kamboja.
Vidio Amatir yang Beredar Medsos saat Saling Serang Antara Thailand dan Kamboja
Eskalasi Kilat, Dampak Dahsyat
Ketegangan yang meletup sejak Mei lalu, berawal dari tewasnya seorang tentara Kamboja dalam baku tembak singkat, kini berubah mimpi buruk bagi warga perbatasan. Sebanyak 14 nyawa tewas dicatat, termasuk seorang anak laki-laki berusia delapan tahun, plus puluhan luka-luka yang menimpa tentara dan warga sipil di enam titik pertempuran. Rumah sakit di Provinsi Surin ikut menjadi sasaran, memaksa Menteri Kesehatan Thailand, Dr. Somsak Thepsuthin, menuding Kamboja melakukan “kejahatan perang” terhadap fasilitas medis dan warga tak berdosa.
Latar Sejarah: Candi dan Sengketa yang Tak Pernah Usai
Jejak sejarah sengketa bermula saat kolonial Prancis memetakan perbatasan 817 km ini; namun keputusan Mahkamah Internasional (ICJ) atas Candi Preah Vihear pada 1962 masih dipertanyakan Thailand. Kontroversi pernah menewaskan puluhan jiwa dan memaksa ribuan pengungsi pada bentrokan 2011. Kini, bayangan reruntuhan candi megah itu kembali menunggu guncangan, seolah menyaksikan siklus konflik tanpa akhir.
Drama Diplomatik dan Gejolak Politik Bangkok
Di balik garis depan, politik dalam negeri Thailand bergolak. Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra, termuda dalam sejarah Kerajaan Gajah Putih, diskors setelah rekaman 17 menitnya mengkritik militer bocor ke publik. Tuduhan pengkhianatan mengancam jabatannya, sementara pasukan bersenjata menuntut tindakan tegas agar kedaulatan terjaga. Hidupnya nyaris tergantung pada keseimbangan antara dukungan rakyat sipil dan kekuatan militer.
Respons Internasional: PBB Panggil Rapat Darurat
Dewan Keamanan PBB dijadwalkan menggelar rapat tertutup hari ini, Jumat (25/7/2025) pukul 15.00 waktu New York, atas permintaan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet. Isu kedaulatan, kejahatan perang, dan perlindungan warga sipil akan dibahas. Namun proyek resolusi apa pun masih terperangkap tarik ulur kepentingan besar.
Harapan di Tengah Asap Perang
Di balik gemuruh meriam dan dentuman bom, muncul kisah inspiratif: relawan medis lintas batas yang menyusup ke desa-desa, pelajar di Phanom Rung menawarkan diri menerjemahkan instruksi PBB, serta warga lokal yang saling membagi persediaan makanan. Meski terjepit konflik, mereka menyalakan obor solidaritas, membuktikan bahwa kemanusiaan bisa tumbuh subur di ladang perlawanan.
Penutup: Titik Nol untuk Perdamaian
Kini saatnya dunia menengok Segitiga Zamrud, bukan sebagai medan pertempuran, melainkan laboratorium perdamaian sejati. Dengan suara tegas, masyarakat internasional dan kedua negara harus menjadikan tragedi ini momentum transformasi: dari perang pasir beracun menjadi pijakan bagi dialog, rekonstruksi, dan harmoni. Hanya dengan demikian, deru meriam bisa berhenti, digantikan gemerisik daun bambu yang menari pelan di angin perbatasan.
Editor :M Amin