Pertemuan Perdana BGL & IKM: Prof. Suwarji Tegaskan Harapan Petani Porang, SPR Jamin Serap Produksi

Foto Suasana Hangat saat Pertemuan Perdana Antara Koperasi Berkah Gumi Lombok (BGL) dengan Manajemen PT Sanindo Pangan Rinjani (SPR) pada Kamis (14/8/2025) (Dok. Pribadi)
Profesor Suwarji: "Semua yang hadir adalah Ketua Kelompok Petani yang membawahi minimal 50 petani. Saya berharap 1 Ketua Kelompok akan memiliki 1 Perjanjian Kerjasama (PKS)"
SIGAP NEWS NTB | Lombok Timur – Tepat setelah peresmian Sentra IKM/ Pabrik Porang oleh Bupati Lombok Timur, Drs. H. Haerul Warisin, M.Si pada Kamis (14/8/2025) di Berangbantun Desa Pringgabaya, suasana optimisme semakin terasa dengan langkah nyata operasional pabrik porang terbesar di Sunda Kecil ini. Pada pukul 13.00 Wita, Koperasi Berkah Gumi Lombok (BGL) mengadakan pertemuan perdana dengan manajemen PT Sanindo Pangan Rinjani (PT SPR). Pertemuan itu membahas potensi kerjasama BGL sebagai supplier porang dan PT SPR sebagai pengelola pabrik sekaligus buyer.

PT Sanindo Pangan Rinjani (SPR) dan Baru Diresmikan oleh
Bupati Drs. H. Haerul Warisin, M.Si pada Kamis (14/8/2025)
(Dok. Pribadi)
Hadirkan Semua Pemangku Kepentingan
Pertemuan dihadiri Dirut PT SPR, Dian Rahardian, serta Direktur Keuangan Haryanto Sofian (Kevin). Dari pihak BGL hadir Prof. Suwarji (Dewan Pembina), Putra Anom (DPP Perkumpulan Petani Porang Pegiat Porang Nusantara), Ketut Sumarta, SH (Bendahara BGL) serta seluruh Ketua Kelompok petani porang BGL (yang masing-masing membawahi minimal 50 petani). Sedangkan Sigap News NTB mendampingi kegiatan sebagai media BGL.

Koperasi Berkah Gumi Lombok (BGL) dengan Manajemen
PT Sanindo Pangan Rinjani (SPR) pada Kamis (14/8/2025)
(Dok. Pribadi)
Pertemuan berlangsung hangat dan fokus membahas mekanisme kerjasama. Dmulai dari spesifikasi produk, kapasitas pasokan, skema pembayaran, hingga jaminan kualitas dan tata kelola agar porang petani terserap dengan baik dan lancar.
Prof. Suwarji: Harapannya 1 Kelompok Petani, 1 PKS
Prof. Suwarji menyampaikan beberapa poin penting yang menjadi dasar harapan BGL kepada manajemen PT SPR:
“Semua yang hadir adalah Ketua Kelompok Petani yang membawahi minimal 50 petani. Saya berharap 1 Ketua Kelompok akan memiliki 1 PKS (Perjanjian Kerjasama).Selanjutnya diharapkan ada perwakilan PT di Kabupaten Lombok Utara (KLU). Sebab, Koperasi BGL ini berpusat di KLU. Kemudian, sudah ada 4 kelompok Petani BGL yang sudah bersertifikasi lahan porang. Jadi, PT SPR tidak perlu khawatir mengenai terhambatnya kerjasama ini, akibat syarat ekspor ke China yang mewajibkan lahan porang telah sertifikasi," ungkap Profesor Fakultas Pertanian Universitas Mataram ini dengan sungguh-sungguh.
Dengan nada tegas namun konstruktif, Prof. Suwarji menegaskan bahwa BGL datang dengan modal organisasi dan data, berharap dapat menyepakati kesepakatan yang adil bersama PT SPR.
Suara BGL adalah Suara Petani Porang: Hemat Biaya, Kurangi Risiko
Para Ketua kelompok petani BGL memaparkan realitas lapangan. Salah satu perwakilan menyebut:
“Biasanya biaya pengiriman porang kami ke luar Pulau Lombok sekitar Rp 500 per kg. Dengan adanya pabrik ini, kami berharap bisa menghemat waktu dan biaya", ungkapnya dengan penuh harap.
Ketua kelompok lain menambahkan:
“Pengepul dari Pulau Jawa bahkan sampai ngekos untuk memborong porang ke petani", kata Ketua Kelompok Tani tersebut memotivasi PT SPR.
Namun pengalaman masa lalu juga menjadi pelajaran: beberapa pabrik sebelumnya, yang bekerjasama dengan BGL telah berhenti beroperasi karena sengketa lahan atau masalah manajemen. Hal tersebutlah yang menimbulkan kekhawatiran petani porang BGL. Karena itu, BGL menegaskan pentingnya kepastian operasional pabrik kali ini.
Dari sisi produksi, BGL menyampaikan data dan harapan:
- Empat kelompok BGL sudah memiliki sertifikat lahan, sehingga persoalan administrasi ekspor dapat teratasi.
- Catatan panen sebelumnya mencapai 900 ton; proyeksi panen 2026 diperkirakan 300 ton.
- BGL siap memasok umbi produksi dan bibit spora; harga umbi bibit bisa mencapai Rp 14.000/kg di akhir musim.
Komitmen PT SPR: Kualitas Ekspor dan Kapasitas Serap Besar
Menjawab kekhawatiran petani BGL, Dirut PT SPR, Dian Rahardian, memaparkan keunggulan teknis pabrik porang di Pringgabaya ini:
“Viskositas tepung porang untuk ekspor ke China maksimal 27 ribu. Sedangkan pabrik kami bisa menghasilkan viskositas hingga 26 ribu. Kandungan sulfur yang diterima maksimal 0,9; kami hanya 0,3. Kami juga memiliki mesin untuk menurunkan kandungan sulfur, sehingga produk kita sangat kompetitif. Jadi, jangan khawatir, pabrik ini mampu menerima dan menjual dengan baik. Kami serius menjalankan pabrik ini.”
PT SPR menargetkan kebutuhan bahan baku pabrik mencapai 10.800 ton porang per tahun, angka yang menjadi acuan penyerapan produk petani porang.
Direktur Keuangan PT SPR, Haryanto Sofian menegaskan komitmen praktis terkait transaksi:
“Kami berbeda dari pabrik lainnya yang sempat akan bermasalah tersebut. Karena memang pabrik ini benar-benar telah siap beroperasi dengan berbagai kendala teknis telah diselesaikan dengan baik. Bahkan Saya pribadi tinggal di Lombok, meninggalkan anak-istri demi memastikan pabrik ini berjalan sukses. Kami pemain lama di porang. Target operasional pabrik adalah Februari 2026. Untuk pembayaran, kami menerapkan cash and carry: barang datang, kami cek, dan langsung bayar pada hari yang sama (jam kerja 08.00–17.00 WITA). Saya atau tim saya akan hadir untuk memastikan kualitas sebelum pembayaran.”
Permintaan Spesifik dari Petani
Putra Anom mewakili aspirasi kolektif petani porang, menekankan beberapa hal penting berikut ini:
- Meminta PT SPR, agar segera menyusun PKS (Perjanjian Kerjasama) yang jelas memuat spesifikasi porang yang dibutuhkan.
- Sebagian besar petani sudah bersertifikasi; hal ini diharap memperlancar proses ekspor.
- Jika ada pemasok dari Kabupaten Lombok Utara (KLU), harap disertai rekomendasi resmi dari BGL untuk mencegah kecurangan.
Landasan Hukum dan Harapan Kedepan
PT SPR mengelola Sentra IKM Porang Lombok Timur berdasarkan perjanjian pengoperasian barang milik daerah yang ditandatangani Pemkab Lombok Timur pada 12 Oktober 2024. Landasan ini menjadi pijakan hukum bagi operasional pabrik dan sinergi dengan koperasi petani.
Meski belum ada PKS final yang ditandatangani pada pertemuan tersebut, suasana dipenuhi optimisme. Kedua pihak sepakat untuk melanjutkan pembahasan teknis: merumuskan spesifikasi, menyusun PKS per kelompok, serta menjadwalkan uji pasokan sebagai langkah konkret menuju target operasi pabrik pada Februari 2026.
Penutup: Peluang Ekonomi Lokal yang Lebih Berkelanjutan
Pertemuan perdana ini membuka peluang besar bagi pemberdayaan petani porang di Lombok Timur. Jika komitmen kualitas, administrasi, dan pasar dapat terwujud, rantai nilai porang lokal berpeluang meningkat, dari sekadar komoditas mentah menjadi produk bernilai ekspor. Transformasi ini tak hanya menguntungkan petani, tapi juga menguatkan ekonomi desa dan membuka jalan bagi porang produksi Lombok Timur ke pasar global.
Daftar hadir singkat:
- PT SPR: Dirut Dian Rahardian; Direktur Keuangan Haryanto Sofian (Kevin).
- BGL — Prof. Suwarji (Dewan Pembina); Putra Anom (DPP Perkumpulan Petani Porang Pegiat Porang Nusantara); Ketut Sumarta, SH ; seluruh Ketua Kelompok petani anggota Koperasi BGL.
- Media — Sigap News NTB (pendamping media BGL).
Editor :M Amin